Jumat, 13 Agustus 2010

Tahun Baru (LAGI) di Bali (pt.3)

Lanjutan dari cerita sebelumnya :

Besoknya, tepatnya tanggal 1 Januari 2010, kita sudah merencanakan dari semalam untuk pergi ke Bedugul.
Maka dari itu setelah breakfast dan mandi kita segera siap2 untuk berangkat.
Tapi rupanya om saya merasa keberatan jika ke Bedugul memakai motor. Alasan dia karena Bedugul lumayan jauh dan dia membawa anak serta mamanya Iyul yg memang sudah agak berumur, sehingga membuat ia khawatir.
Akhirnya pagi itu juga saya dan Koes ditugaskan untuk mencari sewaan mobil harian karena om saya tidak menemukan mobil yang bisa disewa di sekitaran tempat ia menginap karena rata2 sudah habis disewa orang lain.
Setelah bingung harus mencari kemana, Koes teringat dengan tempat sewa motor langganan dia. Kata dia, sepertinya disana juga ada mobil yang disewakan.
Benar saja, disana ada yang menawarkan mobil Kijang kapsul dengan biaya Rp 400.000 dengan perjanjian, si supir akan mengajak kita ke Bedugul, Kebun Raya Bedugul, dan terakhir Tanah Lot.
Harga tersebut sudah termasuk bensin dan tips untuk si supir. Sebenarnya kalau sedang tidak peak season, harga nya pasti tidak semahal itu.

Akhirnya siang itu (yaa kami kesiangan.hehehe..) berangkatlah kami walaupun sudah terlalu siang, sekitar jam 12an.
Mendekati area pegunungan menuju Bedugul, tak disangka-sangka ternyata saat itu arah menuju Bedugul dan sekitarnya macet total.
Boro2 merayap, paling sekalinya jalan hanya 5 meter. hikss2.
Itulah sebabnya Koes lebih suka berkeliling Bali dengan mengendarai motor, selain lebih cepat bisa juga untuk menghindari kemacetan seperti waktu itu.

Singkat cerita, sampailah kita sore itu sekitar jam 3an waktu Bali.
Nah ada yang bikin saya kaget waktu itu, pas mau masuk kita diharuskan beli tiket dulu.
Kenapa saya kaget, karena selama beberapa kali kesana naik motor saya tidak pernah diharuskan beli tiket. Parkiran motornya pun langsung berada didalam, kalau mobil dan bus memang agak diluar.
Terus saya tanya sama om saya, memang harus bayar berapa? Dia bilang " satu orang Rp 7000."
Hahh?? mahal juga yah untuk tempat wisata sekelas Bedugul.
Hal yang pertama dilakukan tentu saja foto2, setelah foto2 dengan latar pura Ulun Danu dan danau Beratan, anak om saya si Joshua merengek-rengek minta naik perahu atau motor boat untuk berkeliling-liling danau.
Setelah bertanya kepada penjual tiket perahu, maka diketahuilah bahwa sewa satu perahu motor Rp 150.000 (kalau tidak lupa yah) dan boleh diisi hanya maksimal 4 orang.
Kok saya pikir agak terlalu mahal yah.. Saya pikir2 lagi, mungkin memang pas momentnya aja kali, soalnya kami kan memang liburan pas peak season yang apa2 serba MAHALLL !!!

Akhirnya yang pergi naik perahu hanya om saya serta anaknya (sudah pasti), Iyul dan mamanya.
Saya, Koes, dan istri om saya hanya duduk2 menunggu sampai mereka selesai puterin danau tersebut. Saat itu cuaca memang agak mendung sehingga turunlah gerimis2 kecil, mereka yang naik perahu sudah pasti kehujanan karena menyewa perahu motor yang tidak ada atapnya.hehehe..
Benar saja, ketika mereka selesai berperahu ria, om saya dan mamanya Iyul dua orang yang hampir basah kuyup, bukan saja hanya karena gerimis tapi juga dari air cipratan si perahu motor.

Di Bedugul tidak banyak yang bisa dilakukan, oleh karena itu setelah acara beperahu selesai kita segera keluar untuk menuju tempat selanjutnya.

NB : Di Bedugul ini juga ada fasilitas2 seperti water sports, akan tetapi tempatnya bukan di Bedugul yang ada pura Ulun Danunya melainkan letaknya jauh sebelum pura Ulun Danu.
Jika dari arah Kuta nanti disebelah kanan ada papan yang besar kalau tidak salah namanya apa.. water sports gitu, saya lupa. Kalau tidak yakin lebih baik tanya orang saja ok.

Nah berhubung hari sudah sore ditambah mendung2 gak jelas waktu itu, akhirnya rencana ke kebun raya Bedugul dibatalkan secara sepihak oleh sang supir...cape deh pakk !!
Menurut dia lebih baik ngejar ke Tanah Lot saja daripada kesana tidak ada apa2.
Padahal dari semua tempat yang akan dikunjungi hari itu, hanya kebun raya Bedugul yang belum saya pernah kunjungi.
Tapi apa dikata, si supir tetap ngotot mau langsung ke Tanah Lot.
Di tengah jalanpun kita sempat terkena macet2 sedikit, ditambah lagi ada pengalihan jalan yang membuat si supir harus mencari gang2 tikus untuk segera sampai di Tanah Lot.
Saya sudah pikir sebelumnya, pasti tidak akan sempat nih liat sunset di Tanah Lot, orang jam sana saja sudah menunjukkan waktu setengah tujuh..
Di saat kami berharap-harap cemas, kami melihat di sebelah kanan kami ada Joger yang tempatnya berkali-kali lebih besar dari yang di Kuta. Parkirannya pun penuh dengan bus2.
Wah saya sendiri baru tahu disana ada Joger yang sebesar itu. Tadinya kita sempat berpikir untuk mampir, tapi tetap saja si supir bilang nanti gak sempat ke Tanah Lotnya kalau mampir ke Joger itu dulu.

Mendekati Tanah Lot, hari sudah gelap. Kami sih sudah tidak bisa berkata apa2 lagi.
Sesampainya disana pun si supir hanya bisa diam saja, seolah-olah kita masih bisa menikmati keindahan Tanah Lot dimalam hari..fiuhh..
Karena sudah tutup, kita masuk tidak bayar tiket lagi. Setelah melewati toko2 pedagang macam2 souvenir sampailah kita digerbang menuju pantainya.
Tapiii apa yang terjadi?? Pantainya gelap gulitaaaa boo..
Jadi apa yang mau dilihat, untuk nurunin tangganya aja kita harus pelan2.
Menurut petugas disana, sebenarnya ada penerangan yang menerangi area pantai. Tapi saat itu sedang mati lampu jadi kita sebaiknya tidak main2 dipantai karena gelap banget.
Ohh pantes, pas tadi melewati toko2 pedagang souvenir memang ada yang memakai lilin dan lampu darurat. Kami pikir karena mereka mau tutup.

Yaa pada akhirnya kita semua hanya bisa gigit jari dan kembali ke parkiran.
Sebenarnya saya pribadi tidak terlalu kecewa, karena saya sudah pernah beberapa kali kesana akan tetapi saya memikirkan Iyul dan mamanya yang belum pernah kesana dan ingin sekali melihat Tanah Lot.
Maka dari itu saya berjanji nanti sebelum Koes kembali duluan ke Jakarta, saya akan membawa Iyul dan mamanya untuk kesana lagi naik motor.hehehe..

Pura Ulun Danu dan Danau Beratan


Mama Iyul, Iyul, dan Joshua






Saya dan Iyul


Saya sendiri :)


Besoknya tanggal 2 Januari 2010, kita akan pergi ke pasar Sukawati. Pasar yang cukup jauh dari Kuta tetapi harga sangat berbeda jauh dari pasar seni Kuta.
Masih di area Legian, tepatnya di pertigaan menuju Legian yang ada tempat olahraga atau apalah itu namanya, ada penjual sate b2 yang mangkal di bawah pohon dan tidak memiliki tempat yang permanen.
Sate ini lumayan terkenal kok, jadi gampang aja kalau mau makan disini.hehehe..
Tapi inget ini sudah pasti non-halal ya.
Yang unik dari sate ini, satu porsinya tidak lebih dari 10 tusuk malah kurang, kayanya memang satu porsinya cuma isi 7 tusuk deh.
Dan kita makannya cuma bisa pakai lontong, selain itu ibunya pasti kasih sedikit garam dipinggirannya.
Kalau makan disini ya harus rela duduk di bawah tapi sudah dialasi karpet seadanya kok. Yang jual cuma bawa bangku plastik paling banyak juga lima kayanya, selebihnya kalau tidak mau duduk dibawah ya berdiri aja.
Masih di area yang sama, ada tukang soto ayam lumayan enak juga loh, malah tempatnya sudah pakai tenda dan ada bangku mejanya. Tapi gak tau ya sekarang masih ada atau tidak yang jualnya.

Lanjut lagi ke cerita Sukawati, waktu itu kita konvoi lagi naik motor.
Tadinya om saya sempat menawarkan untuk sewa mobil lagi ke Sukawati, tapi saya katakan bahwa Sukawati itu tidak terlalu jauh dan untuk apa buang2 uang hanya untuk ke pasar doank..iyaa kan!!
Kendala naik motor di Bali cuma satu, PANASSSS..
Ya itu sudah resiko kalau naik motor, tapi setidaknya kalau kita mau hemat biaya dan waktu, motorlah andalannya.
Benar saja, ketika sampai di sebuah pasar masih di daerah Sukawati terjadi kemacetan yang cukup parah. Penyebabnya adalah bus2 besar yang mau keluar masuk parkir.
Karena kita naik motor, kita nekad lewatin trotoar dan melewati kemacetan..fiuhh..
Coba kalau naik mobil, paling cepat lewat dari kemacetan tersebut saya perkirakan sekitar setengah jam.
Sesampainya kita di Sukawati, kita langsung berpencar lihat sana-sini.
Istri om saya langsung kalap dan memborong pakaian untuk dibagikan ke saudara2nya.
Seperti biasa, saya sudah punya langganan disana tepatnya di lantai 2.
Disana saya tidak perlu bersilat lidah lagi untuk menawar, karena harganya selalu sama jika tiap kali saya datang.heheehe..
Kalau mau beli baju barong, Rp 10.000, baju bambu jumbo Rp 10.000 juga, dll.
Disana saya juga tak lupa membeli beberapa bangles untuk melengkapi koleksi saya, bayangin aja, bangles yang dijual di Jakarta mencapai Rp 30.000, disana bisa didapat dengan Rp 7.000.

Selesai hunting sana-sini, kami kelaparan dan makan baso dan minum es kelapa dulu seperti biasa.hehehe..
Oh ya sebelum pulang om saya membeli salak Bali yang dijual oleh seorang nenek2, katanya salaknya enak makannya dia borong juga..

Salah satu sudut pasar








-Bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar