Jumat, 24 September 2010

Coba-Coba Makanan Jerman di Die Stube

Acara makan kita kali ini Koes yang menentukan, oleh karena itu dia jadi rajin googling dan baca2 review dari blog orang.
Tidak tahu dari mana sumbernya, tahu2 dia menemukan tempat makan ala2 Jerman di kawasan Kemang, namanya Die Stube.
Saya sendiri baru mendengar nama tersebut, maklum saya kan AGT (anak gaul Tangerang) bukan AGJ (anak gaul Jakarta) hahahaaa..
Karena belum pernah mencicipi makanan ala orang Jerman, akhirnya saya dan Koes sepakat untuk kesana hari minggu nanti sepulangnya dari gereja di Menteng.

Hari minggu waktu itu tepatnya tanggal 29 Agustus, kita pergi ke gereja Theresia dulu di Menteng. Kita ikutan misa yang jam 7 malam dan selesainya sekitar jam 8an.
Sepulang dari sana barulah kita meluncur ke Kemang. Karena Koes sudah tahu letak restonya jadi kami tidak mutar2 untuk mencari resto tersebut.
Restonya ini sedikit unik, tampak depan tidak seperti sebuah resto malah terkesan kaya tidak ada kehidupan karena resto ini tertutup sekali, sekalinya ada jendela tapi tidak pernah dibuka kayanya.
Pas mau masuk saya dan Koes agak sedikit ragu2 karena takut salah masuk. Pintunya itu tidak seperti pintu2 resto lainnya, pintu Die Stube ini hanya berupa satu pintu kecil yang terbuat dari kayu.
Dari depan memang boleh dibilang seperti tidak ada kehidupan, tapi pas kita buka pintuuu..wowww suasana remang2 plus pernak-pernik ala Jerman yang menghiasi seluruh ruangan membuat kita cukup terkejut.
Ruangannya memang tidak terlalu besar tapi interiornya itu yang membuat saya menyukai tempat ini.
Di dalam resto ini ada mini bar, proyektor, tv besar lengkap dengan speaker2nya.
Beberapa orang asing juga terlihat sedang menikmati minuman mereka.
Tapi bukan berarti resto ini tidak cocok untuk sebuah keluarga yang membawa anak kecil loh, buktinya waktu saya kesana ada beberapa keluarga yang datang berombongan sampai anak2nya dibawa juga.
Jangan bayangkan disana berisik karena alunan music2 RnB atau apalah itu namanya, semua itu tidak ada, yang ada suara berisik orang2 yang lagi nonton pertandingan F1 yang disiarkan melalui proyektor waktu itu. Saking serunya sampai pada teriak2 hebohh..

Waktu kesana kita bingung mau pesan apa, baca menunya pun kita tidak mengerti..hahahaha..
Akhirnya si Koes manggil pelayannya minta dijelasin menu apa yang sering dipesan orang disana.
Setelah pelayan menjelaskan, pilihan kita jatuh pada paket untuk dua orang yang namanya butcher bowl. Daripada repot2 mending pesan paket deh, isinya pun cukup lengkap, ada 2 sosis besar2 yang satu sapi dan yang satu lagi ayam. Selain itu ada juga rebusan kaki B2 (non-halal), dan satu lagi saya lupa namanya. Semua itu dihidangkan dalam mangkuk yang besar lengkap dengan segunung mash potatonya.
Ohya ada satu lagi namanya roast potatoes, semua itu ada dalam satu paket yang kita pesan.
Untuk minumnya saya pesan ice lemon tea dan Koes pesan ice tea.
Soal rasa ya lumayanlahhh, tapi yang paling saya suka itu adalah sosis sapinya, kalau yang ayam kurang greget..
Mash potatonya kalau kata Koes agak kebanyakan merica, tapi tetap dihabisin juga sama dia..fiuhh..
Roast potatonya juga lumayan kok, kalau dipikir-pikir makanan Jerman masih diterima lah sama lidah kita.
Oh ya minuman yang kita pesan bisa refill loh, tapi kita tahunya pas belakangan pas makanan sudah habis, padahal pas makan minumnya ngirit2.hehehe..

Karena review kali ini juga tidak disertai foto, maka lebih enak kalau langsung mengunjungi websitenya aja ya : www.diestube.com
Di usahakan foto2nya menyusul biarpun cuma pakai kamera hp. :D

Alamat Die Stube : Plaza Bisnis Kemang, Ground Floor. Jalan Kemang Raya no 2 Jakarta Selatan

Butcher bowl : Rp 99.000
Ice tea : Rp 10.000
Ice lemon tea : Rp 12.500
Service charge (7%) : Rp 8.505
Tax : Rp 13.001

Total : Rp 143.006

Holycow si Steak Hotel

Waktu lagi nonton berita pagi di TV tiba2 ada liputan tentang tempat makan steak ini. Sayangnya waktu itu tidak diberitahu namanya apa, hanya dikatakan bahwa tempatnya ada di daerah Jakarta Selatan.
Nah menurut berita yang waktu itu saya dengar katanya menu andalan tempat makan ini ialah steak wagyu. Eitsss..kalau yang sudah pada tahu pasti bilang "wahh steak wagyu mah uda pasti mahal nihh.."
Nah itu dia uniknya tempat makan ini, mereka menyediakan steak wagyu dengan harga yang sangat terjangkau tetapi dengan rasa yang mirip2 dengan steak wagyu di hotel2.

Akhirnya karena penasaran dengan berita di TV pagi itu, saya langsung tanya2 sama mbah google dan ketemulah satu nama yang sedikit unik menurut saya yaitu Steak Hotel by Holycow. Rupanya Holycow ini sudah banyak reviewnya lohh..
Dari hasil googling maka ketemulah nama dan alamat tempat ia berada.
Setelah itu saya langsung bilang ke Koes supaya nanti malam mingguan coba makan disana saja.hehehe..
Habisnya saya penasaran banget, menurut berita di TV dan review dari teman2 blogger steaknya si Holycow ini enakkkk dan wajib dicoba.
Terus katanya sebelum tempatnya buka aja sudah banyak yang nangkring disana, dan kalau datang malaman siap2 deh masuk dalam daftar panjang waiting list.

Tanggal 18 Juli kemarin akhirnya saya dan Koes menyempatkan diri untuk mencoba steak tersebut. Karena takut masih rada rame, malam itu kami tidak langsung ke TKP melainkan main2 dulu di PIM.
Dari PIM sekitar jam 10an malam barulah kita meluncur ke TKP. Antrian sudah tidak terlihat lagi, tapi kita tetap harus menunggu sekitar 3 orang lagi.
Setelah nama si Koes dipanggil, duduklah kita dengan manis bersama orang lain yang semeja. (masalah tempat duduk memang sudah ada yang atur jadi kalau lagi rame jangan harap 1 rombongan bisa makan satu meja).

Kunjungan pertama kita waktu itu berbuntut kekecewaan karena kesalahan salah 1 orang pelayan disana.
Masalah pertama, saya melihat orang lain yang menunggu pesanan datang dikasih keripik buat nyemil2, tapi saya dan Koes cuma bisa memble tidak diladenin karena pada saking sibuknya.
Masalah kedua, setelah saya duduk si pelayan bukannya langsung nyamperin dan kasih menu, eh malah saya yang harus manggil2 mereka.
Dan masalah ketiga yang paling membuat saya jengkel dan sebel banget nih.. waktu mau mesen kita bilang ke sipelayan pesan 1 wagyu rib eye dan 1 Australian sirloin, terus si pelayan bilang kalau yang tersisa cuma wagyu, ya sudah si Koes saja deh yang pesan duluan nanti saya cobain dulu punya dia (seperti biasa).
Tidak lama kemudian datanglah 2 cewe gemuk2 (hehehe..) duduk persis disebelah kita dan mereka dilayani oleh pelayan yang berbeda dengan pelayan yang melayani kita tadi. Lalu mereka bilang, "saya pesan Aust sirloinnya dua ya..", ehh tau2nya si pelayannya bilang kalau Aust sirloin tinggal 1..
Lohhh2...gimana iniii..?? Kok pas tadi saya pesan katanya sudah habis..ck..ck..
komunikasi diantara mereka kurang baik kayanya..

Merasa kesal karena ulah para pelayan tersebut akhirnya Koes melapor kepada sang empunya dan mereka meminta maaf atas kejadian tadi.
Biarpun mereka sudah minta maaf tapi kok rasanya masih jengkel ya, jadi wagyu yang tadinya mungkin berasa nikmat jadi biasa aja.
Pas sampai rumah pun tiba2 perut saya mendadak jadi tidak enak, wahh jangan2 perut saya tidak cocok nih dengan daging sapi impor, biasanya makan yang lokal sih..hahahha..

Biarpun begitu saya tetap akan mencoba steak disana lagi karena rasa steaknya memang lumayan enak, berhubung waktu itu ada masalah sedikit mungkin saya jadi kurang bisa menikmati makan steaknya.


Kunjungan Kedua:
Tanggal 15 Agustus Koes mengajak saya untuk makan disana lagi, kali ini kita datangnya agak pagian alias jam 8an malam karena takut Aust sirloinnya habis lagi.
Resiko datang jam segituan ya kita harus rela ngantri dan menunggu nama kita dipanggil. Kira2 15-20 menit akhirnya nama kita dipanggil juga dan kita dapat tempat duduk yang di dalam dan lagi2 semeja dengan orang lain.
Begitu disamperi oleh pelayan kita langsung bilang mau pesan Aust tenderloin, terus si pelayan bilang kalau Aust tenderloinnya habis tinggal yang sirloin. Ya sudah gak apa2 deh yang penting masih kebagian.
Kita sengaja tidak memesan wagyu karena pada kunjungan pertama sudah mencoba maka pada kunjungan kedua ini kita memang niat untuk mencoba Aust sirloin atau tenderloinnya.
Pelayanan kali ini jauh lebih memuaskan dari yang sebelumnya, padahal pada kunjungan kedua saya ini keadaan disana lebih ramai dari sebelumnya.
Ohya setiap makan steak disana kita selalu pesan minumnya green tea (bisa refill atau tidak refill), mungkin karena kebanyakan minum green tea ini jadi setiap habis makan disana perut saya jadi tidak enak.

Buat yang suka nge-Tweet, jangan lupa pas lagi disana update tweet kita tentang Holycow dan tunjukkan kepada empunya supaya dapat tiramisu gratis (entah masih berlaku atau tidak).
Secara keseluruhan Steak Hotel ini memang patut dicoba, selain karena rasanya yang lumayan enak, harganya pun tidak bikin kantong bolong.

Steak Hotel by Holycow ini adanya di Radio Dalam daerah Jakarta Selatan, buka dari jam 18.30 sampai habis.
Jika memesan steak, kita akan ditawari 3 pilihan sausnya, ada barbeque, black pepper dan mushroom. Yang baru saya coba barbeque dan mushroom dan menurut saya saus mushroom lebih pas untuk makan wagyu ataupun Aust sirloin (tergantung selera masing2).

Maaf review kali ini tidak ada foto, soalnya hp sama laptop lagi tidak akur jadinya tidak bisa transfer foto deh... T_T
Nanti diusahakan fotonya menyusul walaupun rada2 gelap dan buram.hehehe..

Wagyu rib eye : Rp 95.000
Aust sirloin : Rp 45.000
Ice tea refill : Rp 10.000


-Update-

Sabtu kemarin tanggal 18 Februari 2012 malam, Koes tiba-tiba mengajak saya makan di Holycow Steak (lagi). Padahal dia paling ribet kalau diajak makan yang panggang-panggangan, selalu kebanyakan saya yang ajak, mana pas tanggal 14 Februari kemarin kita baru makan steak juga di Steak 21 (Valentine kelabu lagi) -_-"
Berhubung saya doyan banget makan steak, ajakan dia saya iya-in aja dech.

Lalu meluncurlah kita ke TKP Holycow di Radio Dalam, FYI: si Holycow ini sudah buka cabang di daerah Senopati dan ada juga di Orchard Rd Singapur lohh..
Terus rencananya kita mau pesan Prime Tenderloin tapi katanya habis, jadi terpaksa pesan Prime Sirloin. Minumnya saya pesan ice tea yang green tea (refill) dan Koes air mineral.

Waktu kita kesana suasana antrian sudah tidak separah terakhir kita datang, hanya menunggu sekitar 5menit langsung dipanggil dech.
Tempatnya pun sudah agak diperlebar sedikit dan masih dalam tahap renovasi.

Pesanan kita datang agak cukup lama, selagi menunggu kita nge-Tweet dengan mention @holycowsteak terus tunjukkin ke salah satu pelayan dan datanglah si free cupcake, tadinya kita pengen tiramisu tapi kehabisan terus.Hikss..

Setelah 10 menitan, pesanan kita datang. Ehhmm kok punya si Koes lebih besar ya dari saya..ggrrrr..
Sekarang sudah banyak yang berbeda dari Holycow ini, rasa saus bbq nya sudah tidak seperti dulu, menurut saya yang sekarang terlalu kental, kalau saus mushroom nya masih oke banget.
Selain itu sayurannya pun sudah diganti dengan bayam organik, untuk yang satu ini saya kurang sreg karena sudah terbiasa makan steak pakai campuran jagung, wortel dan kacang polong.
Ohya ada satu lagi yang bikin kita agak sedikit kaget ternyata harganya sudah naik sodara-sodara !!!
Kenaikannya pun cukup signifikan, jadi bisa dibilang si Holycow ini bukan "steak rasa hotel dengan harga pinggir jalan" lagi.

Untuk daging, tingkat kematangan semua masih oke dan kita cukup puas.
Ehmm bisa tambah jarang deh makan Holycow lagi gara-gara harganya naik.hehehe..

Prime Sirloin (saus bbq)


Prime Sirloin (saus mushroom) "baru sadar saus nya tidak ke foto"



Aust Sirloin : Rp 65.000
Ice tea refill : Rp 13.500
Mineral water : Rp 10.000

Ada tax-tax nya sekarang:
Service Charge 2.5%: Rp 3.837
PB 1 10% : Rp 15.733


Steak Hotel By Holycow
- Jl. Radio Dalam Raya No. 15, Jakarta
- Jl. Bakti No. 15, Jakarta
- Orchard Rd, Asian Food Mall Lucky Plaza Basement 1, Singapore

Ulang Tahunku

Horeeee..aku ulang tahun lagi yang ke...
Yuppp tanggal 16 September kemarin aku berulang tahun lagi nih..waduhh umur makin nambah deh..hehehe..
Pertama-tama saya mau mengucapkan Puji Tuhan yang sebesar-besarnya karena masih diberikan umur panjang dan masih dikarunia berkat yang tidak pernah putus sepanjang hidup.
Ulang tahunku kali ini agak sedikit berbeda dari tahun2 sebelumnya, aku merayakannya dijalan, tepatnya jalan dari Jogja menuju Batu Raden.hehehe..
Jadi waktu itu tidak ada yang namanya surprise2an, b'day cake, tiup2an lilin, make a wish, dan tidak ada si Koes. T_T
Tapi disisi lain saya masih bisa merasakan kebahagiaan karena di Batu Raden mama saya menyewa kamar hotel yang cukup bagus dan sedikit mewah. Jadi kesedihan2 karena ulang tahun dijalan dapat dihapus sedikit2.hehehe..
Oh ya tunggu cerita tentang perjalanan saya keliling Jawa Tengah pas libur lebaran kemarin yah.
Tapi kayanya masih lama deh ceritanya soalnya cerita backpackeran ke 3 negara waktu itu aja belum selesai2..hahahhaa...

Sekali lagi Happy B'day to me... :D

Rabu, 22 September 2010

Jelajah Singapore-Malaysia-Thailand (pt.4)

Hari Kelima (Malaysia)

Tanggal 2 Juni 2010 merupakan hari kelima kita berbackpacker ria menjelajahi 3 negara. Hari kelima ini kita pakai untuk jalan-jalan (walking tour) di Kuala Lumpur.
Sebenarnya rencana kita hari itu kurang matang jadi dalam memutuskan akan kemana, kita spontan aja.
Pagi itu karena tidak dapat breakfast di hotel, setelah mandi dan wangi kita pergi ke salah satu mal yang terdekat dari Bukit Bintang, yaitu Berjaya Times Square untuk mencari makan pagi sekalian lihat2 ada apa disana.
Karena kita tidak tahu pasti seberapa jauh mal Berjaya dari Bukit Bintang, akhirnya kita kesana naik monorail dengan ongkos RM 2.40 untuk dua orang.
Kalau mau ke mal Berjaya kita harus turun di stasiun Imbi, stasiun Imbi ini hanya berjarak satu stasiun setelah Bukit Bintang (lihat peta LRT).
Naik monorail pun dekat bangettttt, paling lama juga 3 menit, kami pikir kalau jalan kaki santai tidak sampai 10 menitan deh.
Keluar dari stasiun Imbi, ada jalan langsung untuk menuju mal Berjaya.
Sampai dalam mal, kita langsung cari2 food court atau sejenisnya untuk makan pagi.
Pas lagi mencari-cari tiba2 ketemu sama KFC, berhubung perut sudah tidak bisa diajak kompromi, langsung aja deh kita berdua masuk kesana, niatnya sih cuma untuk ganjel doank.hehehe...
Sebenarnya kita berdua juga penasaran dengan rasa KFC di Malaysia, sudah pasti ada perbedaan rasa donk.
Disana kita pesan paket biar tidak ribet, paketnya terdiri dari ayam, nasi, soft drink, dan sejenis salad atau coleslaw gitu, harganya RM 12.40 untuk dua paket tersebut.
Yang sedikit unik disini, nasinya itu bukan nasi putih melainkan chicken rice, jadi rasanya agak aneh sedikit dilidah kita.
Sehabis mencicipi nasinya yang rada unik, kita juga pastinya mencicipi ayamnya donkkk..
Kita cukup kaget karena rasa ayamnya benar2 jauh dari harapan dan bayangan kita (mungkin sudah terdoktrin dengan rasa KFC di Indonesia..hehehe..), ayamnya itu tidak gurih dan rasanya terkesan hambar, palingan cuma sedikit asin saja. Kita sedikit kecewa, tapi memang ini sudah menjadi standar resto2 fast food seperti KFC untuk menyesuaikan rasa dan bentuk makanannya dengan negara tempat dia berada.
Setelah makan, kita berdua ngedumel dan ngoceh2 kalau kita tidak akan makan KFC di Malaysia lagi kalau tidak terpaksa, lebih baik cari makanan lain saja deh yang masih cocok dilidah kita :)

Selesai dari KFC, kita jalan2 mengelilingi mal Berjaya. Bentuk mal nya yah mirip2 lah dengan di Indonesia, isinya juga. Jadi kita tidak terlalu lama disana dan melanjutkan acara kita ke tempat lain.
Sebelum masuk ke stasiun monorail, saya teringat dengan Beryl's Butik Coklat (Beryl's Chocolate Kingdom) yang katanya beralamat di 38, jalan utara, off jalan Imbi. Untuk lengkapnya silahkan kunjungi website nya : www.berylschocolate.com
Karena ada kata2 Imbi nya, saya pikir letak butik coklat tersebut sudah dekat dari mal Berjaya.
Kebetulan waktu itu si Koes lagi beli buah potong di depan pintu stasiun dan yang jaga seorang ibu2. Langsung saja deh si ibu kita interogasi alias kita tanya2in dimana letak si butik coklat tersebut.
Dia bilang kalau mau jalan kaki lebih dekat dari Bukit Bintang, sedikit bingung sih kenapa malah lebih dekat dari Bukit Bintang yahh..tapi ya sudahlah percaya sajaa..
Jadi waktu itu kita langsung naik monorail lagi kembali ke Bukit Bintang.
Sampai di Bukit Bintang kita kembali dulu ke hotel karena kepanasan dan kecapean..fiuhh.
Setelah lima belas menitan, kita lanjut lagi jalan keluar. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu tanya2 orang dimana letak si butik coklat.
Di ujung jalan Bukit Bintang pas di depan McD, ada sebuah pos polisi, kita kesana dan berharap bisa mendapatkan informasi yang kita butuhkan. Tapi kami cukup kecewa karena pas ditanya, si polisi malah tampak kebingungan dan malah suruh kita naik taksi saja..zZzZzz..
Padahal taksi di KL merupakan salah satu transportasi yang paling ingin kita hindari loh, buat yang pernah ke KL dan mencoba naik taksi yang mangkal di jalan2 pasti tahu deh kenapa banyak yang tidak rekomen untuk naik taksi di KL.
Kita sudah merasa hampir putus asa waktu itu karena setiap orang yang kita tanya hanya menyuruh kita untuk naik taksi.
Pada akhirnya kita menyerah juga dan mencoba menawar taksi yang lagi mangkal di pinggir jalan Bukit Bintang.
Setelah tawar menawar dengan si supir akhirnya disepakatilah RM 10 untuk ke butik coklat. Selama perjalanan, si supir yang asli keturunan orang sana banyak banget bertanya kepada kita, misal kita dari mana, kesana mau apa, dll.
Dia juga menanyakan kita mau kemana setelah dari butik coklat tersebut, saya yang sudah ada bayangan2 tentang KL langsung menanyakan dimana letak Petailing St dan Central Market. Si supir bilang kalau Petailing St dan Central Market itu letaknya berlawanan dengan butik coklat jadi rada jauh sedikit.
Si supir juga bilang kalau dia mau mengantarkan kita kesana asal biayanya jadi RM 15, padahal kita sudah coba2 untuk berunding sama dia tapi tetap saja dia teguh pada pendirian alias tidak mau menurunkan ongkosnya.
Yang buat kita BT sama supir taksi waktu itu bukan karena masalah ongkos saja tapi juga kata2 yang dia ucapkan agak sedikit kurang baik (menurut saya pribadi).
Waktu itu Koes bilang kalau kita tidak punya uang (niatnya bercanda), eh si supir dengan ketus bilang " kalau tidak punya uang, kembali saja ke negara kau!!", gggrrr...

Perjalanan dari Bukit Bintang ke Beryl's Chocolate Kingdom menggunakan taksi hanya sekitar 10 menit, tidak begitu jauh kok.
Disana kita turun dan masuk untuk membeli beberapa coklat buat oleh2 dan si supir taksi menunggui kita di depan, karena kita sudah sepakat dari butik coklat dia akan mengantar kita ke Central Market.
Coklat disana rupanya cukup mahal2 yahh..rada susah juga untuk menemukan coklat yang harganya sesuai dengan kriteria kantong kita.hehehehe..
Disana memang terkenal dengan coklat2nya yang mempunyai rasa unik, seperti coklat rasa durian, rasa cabe, rasa kopi, dll.
Yang saya bilang paling unik ya yang rasa cabe, saya cukup terkejut ketika mencoba testernya, kok bisa yah coklat rasanya pedas begitu, unikk jugaa tapi kayanya belum tentu orang2 dirumah suka dengan coklat tersebut, jadi saya cukup tahu saja dan tidak membeli coklat dengan rasa cabe tersebut.
Setelah puas hunting coklat buat oleh2 dan hunting tester2nya..hehehe..pilihan kita jatuh pada sekotak coklat rasa buah apel dan durian. Selain itu saya juga membeli coklat rasa susu.
Total untuk 2 kotak coklat rasa apel, satu kotak coklat rasa durian dan coklat rasa susu adalah RM 64. huaaaa...mahal juga kan untuk kantong seorang backpacker..
Sebelum meninggalkan butik coklat, saya dan Koes sempat foto2 dulu di depannya.hehehe..
Setelah itu baru deh naik taksi lagi dan segera meluncur ke Central Market.

Dari butik coklat ke Central Market memang agak jauh, dalam perjalanan kita sempat melewati Petailing St. Si supir memang sudah bilang kalau Petailing St dan Central Market jaraknya cukup dekat. Jadi nanti saya dan Koes setelah dari Central Market ke Petailing St bisa jalan kaki.
Sesampainya di Central Market kita langsung mengucapkan kata perpisahan dengan si supir (boong deh).. tapi kita memang cuma diantar sampai situ saja, dari sana kita sudah tidak pakai jasa dia lagi, karena di dekat Central Market ada stasiun LRT.
Central Market ini merupakan sebuah pasar di dalam gedung, tempatnya cukup bagus untuk sebuah pasar walaupun tidak memakai AC. Disana kita bisa membeli berbagai macam souvenirs khas Malaysia, dari yang umum seperti gantungan kunci sampai pernak-pernik lainnya bisa kita temukan disana.
Sayang harganya masih terbilang cukup mahal untuk sebuah pasar, jadi saya tidak beli apa2 disana, hanya Koes yang beli sebuah gantungan kunci unik.
Belakangan saya menyesal karena tidak beli apa2 di Central Market, karena besok2nya saya tidak menemukan tempat sejenis Central Market di tempat lain.huhuhu..

Keluar dari sana kita jalan2 dulu ke samping Central Market, disana ada bangunan pertokoan yang banyak kios2nya.
Tapi kita kesana bukan untuk cari oleh2 loh tapi buat beli nomor telepon.
Harga nomor perdana disana cukup terjangkau, saya mendapatkan nomor perdana dengan harga RM 10 sudah ada isinya.
Setelah beli nomor, kita lanjut lagi jalan kaki menuju Petailing St. Jalan kaki dari Central Market ke Petailing St hanya sekitar 5-7 menit.
Sebelum sampai di Petailing St kita melewati kedai2 yang menjual aneka makanan, ehmmm perut kita yang sudah waktunya di isi pun mulai teriak2..
Disana kita mencoba hainam chicken rice (ayam) RM 4 dan hainam chicken rice (B2) Rm 5. Rasanya memang biasa tapi porsinya lumayan juga untuk mengisi perut kita yang minta makan terus ini.hehehe..
Setelah makan kita jalan lagi menuju Petailing St, sudah tidak begitu jauh kok. Begitu sampai di depannya kita langsung menyeberang jalan dan masuk ke area Petailing St atau China Town nya Malaysia.
Dalam bayangan saya Petailing St itu seperti China Town nya Singapur yang menjual banyak pernak-pernik dan souvenirs.
Tapi begitu sampai disana saya dan Koes benar2 kecewa berat karena Petailing St ternyata sama sekali tidak seperti yang kami bayangkan.
Disana bukan tempatnya orang jual pernak-pernik atau souvenirs melainkan kumpulan orang yang menjual tas2 dan sepatu branded tapi kualitas KW malah mungkin di bawah KW.
Suasana kaya gitu sih banyak banget di Indonesia, orang yang jual tas branded aspal di lapak kaki lima bisa ditemuin dengan mudahnya di Jakarta..fiuhh
Suasana China Town pun sama sekali tidak kita temui disana, mungkin karena datangnya pas siang kali ya, tapi kita benar2 sudah malas untuk kembali kesana.
Disana kita cuma membeli buah potong dan segera meninggalkan tempat tersebut, karena selain tidak ada yang bisa dilakukan disana (kecuali orang yang senang belanja tas dan sepatu aspal), kita juga takut dengan copetnya. Bagi sebagian orang pasti sudah tahu kalau disana cukup rawan dengan copet, jadi sudah seharusnya kita berhati-hati ketika sedang berbelanja disana.
Karena tujuan kita selanjutnya adalah KLCC tempat mal Suria yang jadi satu dengan Petronas Twin Tower jadi kita jalan kaki lagi balik ke arah Central Market karena disana ada stasiun LRT Pasar Seni.
Kebetulan jalur LRT Pasar Seni ini satu jalur dengan KLCC, jadi kita tidak perlu berganti kereta.
Ongkos LRT dari stasiun Pasar Seni ke KLCC hanya RM 1.6 per orangnya, cukup murah kok untuk jarak yang lumayan jauh.
Sesampainya di KLCC kita langsung mencari jalan keluar yang menuju mal Suria, Petronas Twin Tower ini merupakan tempat yang paling saya ingin lihat di Malaysia sehingga saya agak kelewat semangat waktu itu.hehehe..

Sebelum foto2 di depan menara kembar yang terkenal itu, saya dan Koes masuk dulu ke mal Suria. Disana kami sempat memasuki beberapa toko2 baju seperti Top Shop, dll walaupun hanya untuk melihat-lihat serta membandingkan dengan harga di Indonesia.
Di dalam mal tersebut juga ada sebuah toko yang menarik perhatian saya karena ramai dengan orang. Yaaa apalagi kalau bukan toko sepatu Vincci, harga sepatu dan sendal disana dengan VNC di Indonesia memang berbeda jauh, bedanya bisa sampai 50%.
Karena ramai dan laku, saya hanya bisa membeli satu pasang sandal RM 26.40, niatnya mau beli beberapa tapi sayangnya ukuran yang di mau kebanyakan sudah pada ludesss..
Di toko ini kita sempat bertemu dengan beberapa orang sebangsa dan setanah air dan ngobrol dikit2.
Dari Vincci kita langsung cari jalan keluar untuk berfoto-foto dengan latar twin tower. Untuk mendapatkan latar twin tower yang penuh kita harus berfoto dari jarak jauh. Sesampainya di spot yang dimaksud langsung deh kita pasang gaya semaunya, pas mau foto berdua baru bingung nih..
Untung ada orang baik yang mau membantu kita foto berdua walaupun hasilnya tidak sesuai harapan.hiks..

Puas foto2, kita masuk lagi ke mal Suria. Niatnya kita mau explore mal itu saja karena kita tidak ada tujuan lagi.
Satu persatu lantai kita putari, ketika sampai lantai paling atas (kalau tidak salah) kita bertemu dengan food court. Ehmm langsung deh niat untuk makan muncul lagi.
Dari hasil pantauan kita, rupanya makanan disana kurang ada yang bisa menggoda iman kita..hehehe..
Tapi ada satu tempat yang membuat kita tertarik untuk mencicipi makanannya, yaitu Subway. Kita tertarik dengan tempat ini karena mereka menjual makanan seperti hot dog atau sandwich dengan ukuran roti yang besar.
Selesai menghabiskan si roti besar, kita berpikir lagi mau menghabiskan waktu dimana setelah dari mal Suria.
Tiba2 saya teringat dengan nasi lemak Antara Bangsa yang cukup terkenal di KL.
Yang saya tahu letaknya ada di Kampung Baru dan bisa dijangkau dengan LRT, akan tetapi letak pastinya saya tidak tahu.
Oleh karena itu saya suruh Koes untuk bertanya pada orang disebelah kami yang sedang asyik mengobrol.
Orang tersebut mengatakan nasi lemak Antara Bangsa yang terkenal memang ada di Kampung Baru dan katanya kalau jalan kaki sangat jauh, dia juga bilang kalau nasil lemak Antara Bangsa yang di Kampung Baru kedainya tak "cantik" dengan logat melayunya.hehehe..
Dari hasil googling saya sebelumnya, nasi lemak Antara Bangsa ini mempunyai website dan dari sana saya tahu kalau Antara Bangsa ini mempunyai beberapa cabang.
website : www.antarabangsa.my

Berbekal info seadanya dan tekad yang bulat untuk mencoba nasi lemak yang terkenal itu, akirnya saya dan Koes nekat untuk mencari tempatnya.
Kami naik LRT dan turun di stasiun Kampung Baru, hanya beda satu stasiun saja dari KLCC dengan ongkos RM 2 untuk dua orang.
Sebelum keluar dari stasiun kami bertanya dulu pada ibu2 yang lagi duduk, soalnya kita bingung harus mengambil jalan ke kanan atau ke kiri.
Berdasarkan info darinya, keluar dari stasiun kita harus ke kanan terus saja ikuti jalannya, nanti kalau ketemu pertigaan atau perempatan kita belok kiri, jalan terus sampai ketemu kedai nasi lemak Antara Bangsa di sebelah kanan kita.
Sebelum menemukan tempatnya, kita bertanya lagi pada seseorang untuk memastikan. Dia bilang itu kedainya sudah kelihatan, dan dia juga merekomendasikan kita untuk mencoba nasi lemak CT Garden di ujung seberang jalan. Menurut dia nasi lemak disana jauh lebih enak.
Setelah kedai nasi lemak Antara Bangsa ketemu, Koes langsung pesan makanan. Rupanya disana kita bisa self service, jadi bisa ambil apa saja yang kita mau sendiri.
Waktu itu Koes cuma pakai ayam saja, saya sengaja tidak memesan dulu karena takut kurang enak dan kita bisa mencari makanan yang lain.
Nasi lemak plus ayam dibandrol RM 5.3 dan minumnya teh tarik RM 1.5, kalau saya bilang harganya kok sedikit agak mahal yah untuk ukuran nasi lemak..
Oh ya waktu kita datang tempatnya sama sekali tidak ramai seperti yang digembor-gemborkan selama ini, hanya ada 2-4 orang yang sedang makan waktu itu.
Setelah makanan Koes habis, rencananya kita mau mencoba nasi lemak yang direkomendasikan orang tadi. Karena rasa sok tahu kita yang cukup tinggi, maka kita kemarin kena batunya..
Kita malas bertanya dan akhirnya kita malah salah jalan, dan yang parahnya kita sudah jalan cukup jauh dari tempat sebelumnya. Karena sudah berjalan cukup jauh dan tidak menemukan adanya tanda2 kehidupan kedai nasi lemak, akhirnya kita memutuskan untuk balik lagi ke tempat tadi. fiuhhh..
Setelah masuk ke gang nasi lemak Antara Bangsa yang tadi kita makan, iseng2 kita tanya pada orang dimana tempat nasi lemak CT Garden, dan dia bilang dari Antara Bangsa tadi kita jalan terus saja, nanti diujung ketemu perempatan, tinggal nyebrang jalan terus sampai deh, adanya di sebelah kiri kita.
Walahhhh...pantesan saja tidak ketemu, orang pas ketemu perempatan kita tidak nyebrang malah belok ke kiri.hahahaha..

Jalan ke arah sana memang agak gelap tapi jangan khawatir keadaannya masih cukup aman kok.
Akhirnya dengan perjuangan yang cukup melelahkan karena pakai nyasar segala, kita berhasil juga menemukan nasi lemak CT Garden ini.
Tempatnya cukup besar dan sudah bangunan permanen, disana juga cukup ramai pengunjungnya waktu itu.
Di tempat ini pilihannya lebih banyak dari Antara Bangsa, sistemnya juga self service.
Bedanya nasi lemak disini sudah dibungkus pakai daun dan dalamnya sudah ada sambal plus potongan kecil telur.
Untuk lauknya kita tinggal pilih dan ambil sendiri.
Pertama Koes duluan yang beli kemudian saya ikut mencicipi (seperti biasa), kalau enak saya ikut beli juga, kalau tidak enak saya tidak jadi beli.hehehee..
Untuk rasa saya lebih suka dengan nasi lemak disini karena rasanya lebih gurih dan tidak terlalu mahal juga.
Akhirnya saya ikut2an beli juga deh, plus minumnya es sirop yang segerrrrr..
Kayanya es sirop ini jadi menu minuman andalan di kedai tersebut, karena saya melihat 70% orang yang makan disana pasti minumnya es sirop itu.
Harga nasi lemak perbungkusnya RM 0.70, sepiring kecil daging RM 2.7, es sirop andalan RM 1.2. Buat yang makannya banyak seperti saya dan Koes, kayanya kalau satu bungkus nasi lemak CT Garden tidak cukup deh, minimal kita harus beli dua bungkus.hehehehe..

Selesai makan kita lihat jam ternyata hari sudah malam juga, dan kita segera kembali ke stasiun LRT Kampung Baru untuk pulang ke Bukit Bintang.
Kita naik LRT dari Kampung Baru menuju stasiun Dang Wangi, disana kita turun dan harus lanjut lagi dengan naik monorail ke Bukit Bintang.
Rupanya jarak stasiun LRT Dang Wangi dengan stasiun monorail Bukit Nanas cukup jauh yahh.. Kita harus keluar dulu dari stasiun plus jalan kaki yang lumayan menguras tenaga baru deh ketemu stasiun monorailnya.
Sesampainya di Bukit Bintang, kita tidak langsung kembali ke hotel melainkan jalan2 di sekitaran Jalan Alor. Si Koes pengen beli puding mangga lagi di Loong Kee dan saya sekalian beli beberapa snack ikan dan cumi disana.
Karena merasa kehausan terus, saya mengajak Koes untuk cari minuman yang manis2. Koes bilang kita nongkrong saja di warung ibu yang kemarin kita makan tom yum, ya sudah saya setuju saja deh.
Disana kita langsung bilang sama anak si ibu kalau kita pesan satu es teh (kebiasaan di Indonesia), tahu2 begitu minuman di antar yang nongol bukan es teh tapi semacam teh susu gitu.
Terus saya langsung bilang sama anak si ibu, "maaf tadi kan saya pesan es teh kok yang datang bukan es teh ya??"
Terus dia langsung jawab "ini es teh.."
Saya dan Koes sempat bingung waktu itu, terus saya bilang sama anak si ibu yang diminum orang sana namanya apa?? (sambil nunjuk minuman bapak2 di seberang yang kebetulan minumnya es teh)
Dia bilang, "oh itu teh O..", ohh ya sudah saya pesan itu satu deh, kata saya.
Kita langsung bisik2 mendiskusikan keunikan nama es teh disana.hehehe..
Dari sana saya baru tahu kalau es teh disana namanya 'TEH O' dan yang namanya es teh disana itu berupa minuman teh dicampur susu gitu, ya mirip2lah dengan teh tarik tapi ini rasa tehnya tidak terlalu terasa.

Setelah menghabiskan minuman, kita langsung balik ke hotel. Selain cape, hari juga sudah malam dan besok kita akan berangkat ke Genting...

Berjaya Times Square


KFC di Malaysia


Sebelum naik monorail




Beryl's Chocolate Kingdom








Koes si gembala sapi




Central Market


Chicken rice (ayam)


Chicken rice (B2)




Petailing St disiang hari


Yuhuu..sampe juga kita di Petronas




Difotoin orang, hasilnya ya begini deh!!




Hasil karyaku...miring2 dikit gak apa2 lahh..


Gaya dikit ahh..


Subway


Si roti besar... tapi ini cuma setengahnya lohh..




Mencicipi nasi lemak Antara Bangsa






Nasi lemak CT Garden


Ini tempat makannya


Es siropnya ngangeninnnn...sllurrrpp..


Mankyuss deh pokonya


Bukit Bintang dimalam hari


Mau foto sama mereka? bayar lohh..


Kedai si ibu langganan kita di jalan Alor


- Bersambung -

Rabu, 08 September 2010

Jelajah Singapore-Malaysia-Thailand (pt.3)

Hari Keempat (Singapore - Malaysia)

Pagi itu sudah tanggal 1 Juni 2010, siangnya kita akan berangkat ke Kuala Lumpur dengan bus.
Sebelum check out dari hotel, pagi2 sekali kita sudah keluar untuk pergi makan di Boon Tong Kee.
Sebenarnya kita berdua tidak tahu pasti tempatnya dimana, hanya bermodalkan info dari Singapore Visitors Center yang kita datangi dua hari lalu di Orchard.
Kita hanya dikasih selembar peta hasil googling dan nomor bus yang harus kita naiki untuk kesana.
Dari hotel kita harus jalan kaki dulu ke halte terdekat, tapi ternyata kita menunggu di halte yang salah jadi bus yang dimaksud tidak mau berhenti..
Berdasarkan info dari orang India yang kita temui di halte tersebut, katanya kita harus ke halte yang di ujung seberang jalan sana, saya tidak tahu pasti namanya apa.hehehe...
Halte yang dimaksud ternyata cukup jauh juga dari hotel kita..hikss..
dan bentuknya pun saya bilang sama sekali tidak mirip halte, "halte" nya itu ada persis di depan toko retail seperti "Alfamart" hanya ditandai dengan tanda bus stop.

Setelah naik bus, kami tidak bisa tenang karena harus memperhatikan setiap pemberhentian bus. Menurut si "mbak" yang ada di Singapore Visitors centre kita harus turun di pemberhentian ke sepuluh tapi namanya saya lupa2 ingat.
Di halte kesepuluh kita benar2 turun, tapi kita bingung harus kemana lagi ini???
Kebetulan waktu itu ada bapak2 tua lagi duduk2 di halte dan untungnya dia ngerti Inggris dikit2.hehehe..
Kita tanya dia dimana Boon Tong Kee? Trus dia bilang itu disana, kelihatan kok dari sini (kira2 begitulah omongannya) dan dia juga menunjukkan sebuah kantong yang ada tulisan Boon Tong Kee nya, rupanya bapak tua itu baru saja dari sana dan ngebungkus buat dibawa pulang.hahahaa..
Memang benar ternyata dari halte tempat kita turun si Boon Tong Kee ini sudah kelihatan, hanya jalan sedikit aja.
Ehmm tapi sebenarnya ini bukan kedai Boon Tong Kee yang dimaksud si Koes, ini tempatnya sudah seperti resto kecil gitu. Memang sih Boon Tong Kee ini ada beberapa cabang, tapi kita cuma ketemunya yang disana, ya sudah karena diuber-uber waktu juga akhirnya kita masuk kesana.
Disana kita pesan chicken ricenya dua dan satu piring ayamnya..
Nasinya dihidangkan cukup unik berbentuk kerucut walaupun porsinya imut2..
Kesan pertama saya mencoba nasinya, wihhh gurihhhh...dan saya belum pernah nemuin chicken rice segurih itu di Jakarta.
Dua chicken rice dan satu piring ayam serta dua es teh tawar kita hanya menghabiskan sekitar S$ 20.
Sehabis makan, kita cepat2 ke halte untuk kembali ke hotel karena waktu untuk check out sudah hampir tiba.hehehhe.
Perjalanan pulang ke halte di Little India untungnya tidak ada kendala sama sekali, kami bisa turun di halte yang benar.
Sampai hotel kita langsung beres2 barang trus check out deh.

Ehmm hotel kita ini memang tempatnya strategis dekat dengan stasiun MRT tapi letaknya ada di dalam komplek (seperti komplek pertokoan) jadi tidak ada taksi yang lewat.huhuhu..
Jadi kita berdua harus jalan kaki lagi ke halte yang tadi sambil gendong2 carrier.
Disana kita langsung dapat taksi yang supirnya pintar bahasa Inggris jadi kita sempat ngobrol2 dikit sama supirnya.
Tujuan kita waktu itu tentu saja ke Golden Mile, kita ke tempat ini berdasarkan rekomendasi dari bapak India yang ada di Albert Centre waktu itu (lihat cerita sebelumnya). Ternyata kesana tidak jauh sama sekali, paling hanya 10 menitan dari tempat kita naik tadi. Ongkosnya saja hanya sekitar S$ 5.
Golden Mile ini sebuah gedung yang cukup besar, di dalamnya ada pertokoan yang menjual macam2. Ada baju, tempat makan, sampai yang jual sayur2an pun ada.
Nah khusus bagian depan semuanya penuh dengan agen2 yang jual tiket bus ke berbagai tujuan di luar Singapore, misal Penang, Malaka, KL, sampai ke Thailand juga ada.
Kita sampai keluar masuk beberapa agen untuk membandingkan harga, kita memang sengaja mencari harga yang termurah.hehehehe..
Setelah membanding-bandingkan dan mempertimbangkan beberapa aspek, misal kenyamanan dan ketepatan waktu, akhirnya kita membeli tiket bus Sri Maju di salah satu agen.
Harga memang bukan yang termurah, tapi kita juga mempertimbangkan sisi lain selain murah.
Tiket satu orangnya S$ 25 (termasuk satu botol air mineral) untuk tujuan KL, sebenarnya kita harus turun di terminal Pudu Raya tetapi waktu itu Pudu Raya lagi renovasi jadi tutup sementara.
Jadinya terminal Pudu Raya dialihkan sementara di Bukit Jalil, disanalah kita akan turun sesampainya di Malaysia.
Bus Sri Maju yang akan kita tumpangi berangkat pukul 15.00 waktu Singapore. Karena masih banyak waktu, kita sempatkan dulu untuk keliling2 gedung Golden Mile.
Tepat pukul 15.00 bus kita berangkat, saya senang sekali dengan bus ini. Selain busnya bersih banget, bangkunya juga enak banget legaaaa...
Posisi bangkunya 2-1, kita duduk yang 2 bangku. Waktu itu penumpangnya hanya 5 orang, wahh makin enak aja deh..
Selain bus yang bersih, bangkunya lega, ac dingin, ternyata TV nya sudah LCD lohh!!!
Oh iya waktu kita beli tiket bus, kita juga dikasih kartu imigrasi Malaysia yang harus di isi.
Kira2 pukul 15.45 (waktu Singapore), kita tiba di imigrasi Singapore, disini kita turun tapi tidak perlu bawa barang2 atau koper2 kita, cukup paspor dan kartu keberangkatan kita (didapat waktu di pesawat dari Jakarta-Singapore).
Suasana cukup sepi waktu itu, jadi semuanya berjalan cepat dan kita langsung naik ke bus lagi. Tidak sampai lima menit kita sudah tiba di imigrasi Malaysia, disini kita harus turun dengan membawa semua barang2 kita untuk di scan.
Imigrasi Malaysia di Kompleks Sultan Abu Bakar ini tidak sebesar di imigrasi Singapore tadi, tempatnya cukup kecil hanya seadanya, yang jaga pun hampir semuanya wanita, untungnya mereka ramah2 loh, tidak seperti yang kebanyakan orang bilang...
Mungkin yang galak2 itu adanya di imigrasi International Airportnya Malaysia kali ya..hehehe..
Sesudah pasport kita dicap, kita harus men-scan barang2 kita, baru deh naik bus lagi..
Sesudah dari imigrasi Malaysia tadi baru deh kita bisa menikmati perjalanan waktu itu karena kita tidak akan turun naik kaya tadi lagi, KECUALI kalau bus berhenti di tempat istirahat dan kita mau pipis atau apalah itu namanya.
Di perjalanan kita akan disuguhi dengan film hollywood lengkap dengan speakernya yang sudah stereo kayanya, kita jadi berasa nonton pakai home theatre..hehehe..
Bus akan berhenti beberapa kali termasuk pemberhentian sekali untuk makan.
Pas jam 17.25 bus berhenti di tempat yang banyak tukang makanannya, seperti food court gitu tapi saya tidak tahu namanya apa.
Disana Koes beli nasi lemak RM 6 karena kelaparan, oh iya untuk menghemat kita share makannya, alias sepiring untuk berdua.hahaha..

Sekitar jam 20.30 (waktu Malaysia) sampailah kita di pemberhentian terakhir bus yaitu di terminal Bukit Jalil.
Karena kita berdua baru pertama kali menginjakkan kaki di negara tersebut, kita berdua benar2 kebingungan waktu itu.
Tujuan kita kan Bukit Bintang, tapi menurut info yang kami dapat untuk kesana kita harus naik LRT atau monorail gitu.
Nah sampai Bukit Jalil kita rada bingung cari stasiun LRT nya, untung bapak2 tua yang tadi satu bis sama kita mau menunjukkan tempatnya.
Rupanya dia juga mau naik LRT, ternyataaa stasiun LRT Bukit Jalil itu tidak jauh dari terminalnya, pas keluar dari terminalnya, cukup tengok kanan maka terlihatlah jembatan untuk jalanan LRT nya.
Memang sih untuk mencapai stasiunnya kita harus jalan kaki sedikit, pas lagi jalan di pedestrian tiba2 disamperin sama pemuda ga jelas gitu nawar2in brosur apalah itu sambil ketawa2 salah tingkah...hiiiii..baru nyampe sudah ketemu orang aneh...

Untuk naik LRT ini kita harus beli kartunya dulu di loket. Cukup sebutkan saja kemana tujuan kita dan si penjaga loket akan bilang berapa biayanya terus dikasih deh tiketnya.
Cara naik LRT ini berbeda loh dengan MRT di Singapore, kalau mau naik MRT kan kita cukup men-'tap' kan saja kartu kita, nah kalau mau naik LRT kita harus masukkan kartunya dan dia akan keluar lagi, nanti pas kita sudah sampai tujuan, kita harus masukkan lagi kartunya tapi tidak akan keluar lagi, jadi jangan ditungguin yah.hehehe..
Ya gitu bedanya dengan kartu standar MRT / Ez-Link di Singapore yang kita bisa bawa kemana-mana, kalau kartu LRT hanya untuk satu kali pemakaian saja.

Karena tujuan kita ke Bukit Bintang, kita harus turun di stasiun (stesen dalam bahasa Melayu) Hang Tuah, nanti disana kita ganti naik monorail ke Bukit Bintang.
Tiket LRT dari Bukit Jalil ke Hang Tuah RM 3.80 untuk 2 orang dan tiket monorail dari Hang Tuah ke Bukit Bintang RM 2.40 untuk 2 orang.
Sesampainya di Bukit Bintang kita cukup bingung untuk mencari hotel, rencananya kita mau nginap di hostel backpacker (seperti tujuan awal), akan tetapi entah mengapa dari beberapa daftar hostel yang kita bawa tidak satupun yang masih menyisakan bunk bed untuk kita..rata2 yang tersisa hanya private room bukan dorm..huhhh gagal lagi deh mau ngerasain tinggal di dorm..
Waktu itu kita sempat keluar masuk beberapa hotel, terutama hotel2 yang ada di dalam buku yang kita bawa.
Tapi tidak satupun dari hotel2 yang direkomendasikan buku itu kita sreg..
Entah itu sudah full, harga tidak sesuai, kotor, serangga2, dll.
Kita juga sempat masuk di hotel Putra Bintang, yang katanya di buku hotel ini murah dan bersih, nyatanya pas kita kesana benar2 keadaannya sangatt jauh dari kata bersih.. Padahal dari lobby sudah agak meyakinkan, pakai lift pula.
Tapi pas kamar dibuka, jrengg2.. pertama: lampu2 remang2, kedua: temboknya kusam banget boo, ketiga: spreinya lusuhhhh, keempat: kamarnya rada kecil jika dibandingkan dengan kamar2 hotel yang kita lihat sebelumnya.
Saat itu kita langsung kecewa dan langsung cari hotel lainnya lagi, pas keluar dari hotel tersebut ada bapak2 yang tahu kita lagi cari2 hotel dan dia nunjuk ke arah sebrang jalan.
Dia kaya bilang "itu loh disana ada hotel" (maklum dia ngomongnya kaya pakai bahasa isyarat gitu, jadi kita ngartiin sendiri..hehehe.)
Terus kita lihat memang di seberang sana ada yang sedikit eye catching, namanya hotel Sabrina. Lobbynya ada di lantai 2, jadi pintu masuk ada di lantai 1 dan cuma seadanya. Jadi kalau tidak eye catching orang pasti tidak tahu kalau itu pintu masuk hotel, lha orang pintunya kecil gitu kaya pintu rumah biasa tapi ini pintu kaca, pas buka pintu uda ada tangga.
Rupanya hotel ini termasuk masih baru kayanya baru setahunan deh, yang unik dari hotel ini dekorasinya yang benar2 menorrr serba merah meriah..hahaha..
Kayanya yang punya orang India deh, soalnya kelihatan sih dari pernak-pernik hotelnya.
Semua lantai hotel ini sudah dilapisi karpet tapi bukan karpet yang bagus yah..
Harganya pun masih bisa di tawar2 loh, kamarnya pun bersihhh..
Kurangnya cuma 2, yang pertama: kamarnya kecilllll bangettttt...ruang untuk bergerak cuma ada di balik pintu, sampai2 lorong hotel pun kecilnya amit2, cuma cukup untuk satu orang lewat. Yang kedua: walaupun TV sudah LCD tapi tidak ada channelnya, sekalinya ada gambarnya acak2an dan tidak ada suara..payahhhh!!!
Harga kamar disana per malamnya RM 70 (harga saat itu hasil dari tawar menawar), tidak ada breakfast.

Malam itu setelah mendapat hotel yang pas dan selesai beres2 diri alias mandi dan sebagainya, tentunya kita harus cari makan malam donk..
Kalau kata orang2 kan cari makan di Bukit Bintang itu bisa di jalan Alor (satu gang setelah jalan Bukit Bintang), ya sudah kita coba kesana deh.
Tapi kok disana banyakan bentuk2 restoran gitu ya, padahal kan kita carinya yang kedai2 biasa aja.
Akhirnya setelah sampai di ujung jalan Alor, kita menemukan kedai nasi goreng (kalau di Jakarta), karena tidak ada pilihan lain akhirnya kita coba untuk makan disana.
Pas mau duduk ternyata banyak laki2 yang makan disana, saya cewe sendiri loh, entah karena mereka tahu kita ini orang asing atau karena kita berdua bicara dengan bahasa Indonesia, mereka jadi melihat ke arah kita terus.. ini beneran lohhh..makannya saya sempat risih dengan mereka, saya bilang ke Koes, "kok disini banyak alay nya ya"
Itu hari pertama kita sampai di Malaysia dan sudah bertemu dengan orang2 seperti itu jadinya kita sempat men-cap kalau negara tersebut tidak senyaman negara tetangganya yaitu Singapore.
Harga nasi goreng waktu itu RM 3.5 dan saya minta minumnya teh tarik RM 1.3.
Karena saya tidak nyaman berada disana lama2, akhirnya kita cepat2 menghabiskan makanannya.

Rupanya waktu itu Koes belum kenyang dan mengajak saya untuk masuk ke salah satu kedai lagi, disana tidak ada namanya, yang pasti jualannya macam2 ada nasi lemak, siomay, otak2,dll.
Koes pesan nasi lemak RM 5 dan minumnya teh tarik lagi RM 1.8, memang lebih mahal tapi lebih enak daripada teh tarik di tempat nasi goreng tadi.
Dari sana kita jalan lagi menyusuri jalan Alor, tiba2 kita menemukan tempat makan ala kaki lima lagi disana, yang jualan satu keluarga dari bapak, ibu, sampe anak2nya.
Jualannya juga macam2, dari nasi goreng, tomyum, sampai prasmanan juga bisa.
Disini kita pesan tomyum seafoodnya RM 6 tapi rasanya standar aja.
Dari sana kita jalan lagi dan berhenti di toko loong kee, disini Koes beli kue yang isinya daging RM 1.5 dan juga 1 puding mangga dan 1 puding coklat, masing2 RM 1.
Setelah dari toko ini, selesailah acara kita malam itu. Kita kembali ke hotel dan langsung istirahat supaya besok bisa segar lagi, karena besok waktunya walking tour di Kuala Lumpur :)

Chicken rice Boon Tong Kee






Bus Sri Maju (Singapore-KL)




Dalemnya si Sri


Jembatan yang menghubungi imigrasi Singapore dan Malaysia


Bye2 Singapore


Welcome to Malaysia


Gerbang tol nya Malaysia


Tempat pemberhentian bus untuk makan


Koes dengan nasi lemaknya (makanan pertama di Malaysia)


"Stesen" Bukit Jalil


Bingunggg ???!!!@@@###?!


Dalemnya LRT


Tangga menuju lobby hotel Sabrina


Meriah yah ruangannya




Lorong hotel yang cuma muat 1 orang


Ini dia kamarnya


TV yang tidak ada channel nya


Kamar mandi


Tomyum2an...


- Bersambung -